Di sebuah negeri dimana anak-anak bangsanya sedang bersemangat membangun bangsa mereka untuk menjadi maju, hiduplah seorang Fulan. Suatu ketika, seorang anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang bekerja di instansi BPK (Badan Pemersatu Keluarga) menemukan bukti bahwa Fulan telah merugikan negara. Ketika melaporkan hal ini pada Komisi Pemberantasan Korupsi, ternyata ada banyak laporan yang serupa tapi tak sama dari anak-anak bangsa yang lain.
Seorang anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Pertanahan Negara melaporkan bahwa tanah yang dimiliki oleh si Fulan sebanyak 7587 hektar, sebanyak 8757 hektar adalah milik negara (loh?!) Menurut database pertanahan yang sangat akurat, tanah-tanah tersebut ia gelapkan dengan memanipulasi sertifikat (7587 hektar atas nama Fulan dan sisanya atas nama TTM_an si Fulan).
Hal serupa dilaporkan oleh seorang anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Perikanan yang melaporkan bahwa industri perikanan milik Fulan di daerah Marisa (sebuah tempat dengan nama yang sangat indah, penempatan favorit bagi anak-anak STAN, sekitar ujung Sulawesi gitu deh Bo'!) telah dilakukan secara ilegal. Dan berdasarkan data statistik hasil olahan anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, jumlah ikan yang telah mati dan kondisi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, menunjukkan angka sigma yang memprihatinkan!
Berita ini segera tersebar di seluruh penjuru terpencil dimana anak-anak bangsa yang lain "disebar" oleh negara melalui penempatan yang "merata". Fulan yang merasa bahwa tindakannya, yang melanggar UU no.31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 dan merupakan wujud nyata dari contoh kasus pertama dalam buku saku Memahami untuk Membasmi Tindak Pidana Korupsi yang dibagi-bagikan gratis saat PTK Expo, merasa harus melarikan diri ke luar negeri.
Mencium gelagat Fulan ini, segeralah anak-anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Transportasi Darat melakukan penutupan jalan di jalur darat guna mempersempit gerak Fulan. Fulan pun memberi kabar kepada kroni-kroninya tentang apa yang kini menimpanya. Fulan yang berputar-putar mencari jalan untuk melarikan diri, akhirnya tersesat di sebuah desa yang terkenal akan kearifan pamong praja disana.
Lurah desa setempat, seorang anak bangsa lulusan Institut Pemerintahan Dalam Negeri, yang mendapatkan feeling, atau menurut warga desa setempat disebut dengan wangsit, bahwa Fulan telah masuk dalam area pemerintahannya. Segera ia pergi ke tepi hutan dimana Fulan berada. Dengan sikapnya yang mengayomi, Fulan merasa sama sekali tidak menaruh curiga. Bahkan merasa terlindungi. Sang pamong pun segera memerintahan sekretarisnya, adik kelasnya ketika belajar di Jatinangor, untuk melapor kepada pihak yang berwajib selagi sang Lurah mengulur waktu dengan mencoba menahan Fulan di desanya.
Selang beberapa waktu berjalan, Fulan pun mendapatkan feeling atau wangsit, "Lurah ini kan termasuk dalam jajaran anak bangsa yang sedang membangun bangsa Indonesia." Akhirnya Fulan mencoba melarikan diri. Sang pamong pun mengeluarkan jurus-jurus yang sempat ia dapatkan ketika dalam masa "pembinaan JarLatSuh" yang terkenal di seluruh negeri kala itu Akhirnya, Fulan bisa ditaklukkan. Oyeah!! We get you!! Namun sayang, ketika sang pamong seorang diri di tepi hutan itu bersama Fulan yang telah babak belur, kroni-kroni Fulan datang menculiknya dari tangan si pamong. Kalah dalam hal jumlah, sang pamong pun dapat ditaklukkan oleh kroni tersebut (gak mati kok tapinya, cuma lecet-lecet dan kehabisan tenaga saat tadi menghadapi Fulan. Sang pamong tidak sadarkan diri di tengah keroyokan kroni, tapi pingsannya juga cuma sebentar kok. Jadi tenang aja ya..)
Fulan hendak dibawa ke luar negeri guna menyelematkan diri. Mereka mengirimkan pesan berupa sandi pada gengsternya di Itali dan mafia di Hongkong. Gerak-gerik ini sudah terbaca oleh anak-anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Intelijen Negara yang telah lama mengincar Fulan, kroni, gengster, dan mafianya. Sebuah kejahatan yang terorganisir! Message Not Sent. Pesan dipending oleh anak-anak BIN. Mereka meminta bantuan anak-anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Sandi Negara. Sandi itu sangat rumit dipecahkan, karena merupakan perpaduan sandi rumput tingkat tinggi yang terdiri dari rumput-rumput gajah, gulma, dan ilalang dengan sandi morse sembilan bendera, dengan kunci F minor, yang diawali dengan kata C = P + 4; A = 1. Namun berkat ketekunan anak-anak bangsa yang telah lama berkecimpung dalam bidang persandian di duta-duta besar Indonesia di luar negeri, sandi itu dapat dipecahkan. Alhamdulillah,,fiuh..akhirnya..
Ternyata pesan itu berisi permintaan kepada para gengster dan mafia untuk mengirimkan pesawat ke tempat mereka berada. Tidak mungkin terbang melalui bandar udara, karena semua kantor imigrasi telah memerintahkan anak-anak bangsa lulusan Akademi Imigrasi untuk melakukan pengecekan ketat atas passport milik calon penumpang pesawat. Menyadari status pesan yang tidak terkirim, Fulan mengganti kartu CDMAnya dengan kartu GSM keluaran terbaru merek Mau?. Message Sent!
Pesawat Fulan telah dikirim dan mereka berhasil terbang melarikan diri. Anak-anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Penerbangan Negara berencana untuk mengejar mereka dengan menggunakan pesawat Boeing-Boeing Bambu. Namun, hal ini dicegah oleh anak-anak bangsa lulusan Akademi Metereologi dan Geofisika yang meramalkan bahwa akan ada badai besar, dimana gerak angin tidak menentu, dan berawan di daerah Jakarta dan sekitarnya. Pesawat pengejaran tidak jadi diterbangkan. Diprediksikan pesawat akan jatuh setelah 15 detik tinggal landas pada koordinat titik A(-7,5), B (7,-8) dengan jari-jari 6,5 dimana O (0,-1,5) sebagai pusatnya. Dan benar saja, pesawat itu jatuh tepat di titik O. Pesawat itu jatuh nyungsep tanpa ada korban jiwa.
Anak-anak bangsa lulusan Akademi Ilmu Permasyarakatan telah ada disana dan siap memasukkan Fulan bersama kroni, gengster, dan mafianya ke lapas untuk menjalani proses permasyarakatan, sebuah perubahan sistem perlakuan terhadap napi yang dulu berupa sistem penjara. Kroni, gengster, dan mafia Fulan pun berhasil diringkus berkat anak-anak bangsa BIN yang bekerjasama dengan polsek negara setempat. Seluruh harta kekayaan Fulan dilelang guna membayar tunggakan pajak dan bea cukai kegiatan perindustriannya yang tak pernah disetor ke negara. Sisanya dikelola oleh anak-anak bangsa lulusan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Sebuah kejahatan terorganisir telah mampu dikalahkan oleh kebaikan yang teroganisir. Allahu Akbar!! FIN
Hehehe,,cerita yang aneh.. Maap yak kalo ada hal-hal yang kurang berkenan. Sekedar mengenang kisah kebersamaan singkat kita di TMII dan Al Azhar. Untuk saudara-saudara saya di IPDN, SEMANGAT !! Sebuah sisi lain dari IPDN telah saya dapatkan saat menyaksikan presentasi teman-teman sewaktu di Al Azhar. Jika memang kita berada dalam jalur yang benar, yakinlah bahwa pertolongan Allah adalah lebih dekat dari urat leher. SEMANGAT BERSATU YA!! Jangan sampai ada PTK yang bubar lagi, jangan sampai peristiwa Gajah Tunggal terulang kembali. Tidak ada yang pernah memimpikan, ketika kita lulus dari PTK dimana kita belajar dan menengok ke belakang, tak ada lagi kampus kenangan kita, tak ada lagi adik-adik kelas penerus perjuangan, tak ada lagi kisah kampus plat merah. Hiks_hiks_ jadi pingin nangis.
Ya udah gitu aja yak! Minta do'anya aja, semoga Allah senantiasa menunjukkan jalan dan memberikan yang terbaik bagi kita semua. Walaupun tanpa diminta, sebenarnya Allah telah menunjukkannya. Tapi kalo gak minta, kok ujub banget sebagai seorang hamba yang penuh lumpuran dosa..
fita_chan pamit.. GANBATTE KUDASAI !!
::: taken from www.nurfita.blogs.friendster.com/ 12 Mei 2007 :::